Friday, 27 February 2015

Model Pembelajaran Learning Cycle
Oleh : M. Jainuri, M.Pd

A. Model Pembelajaran.
Menurut Trianto (2010:52), “Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Joyce (dalam Trianto, 2010:51) bahwa “Each model guides us as
we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud
kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang
pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara, Arends (dalam Suprijono, 2011:45) menyatakan model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Joyce dan Weil (dalam Rusman,
2011:133) berpendapat bahwa ”Model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain”.
Pada penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran
adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para dosen dalam
melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
2
Selanjutnya, ciri-ciri model pembelajaran menurut Rusman (2011:145)
adalah sebagai berikut ini.
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan mengajar di kelas.
d. Memiliki bagian–bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkahlangkah
pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3)
sistem sosial; dan (4) sistem pendukung.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya.
Model pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme meliputi model
pembelajaran terpusat masalah (problem learning centered), pengajaran
konstruktivisme terstruktur (constructivist teaching sequence), pembelajaran
model siklus (the learning cycle model), siklus pembelajaran lima E (five E
learning cycle) dan pembelajaran konstruktivis (constructivist learning model).
Model pembelajaran learning cycle digunakan dalam penelitian ini.
B. Model Pembelajaran Learning Cycle
1. Pengertian
Salah satu pembelajaran yang menerapkan model konstruktivisme adalah
model pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar). Model Learning Cycle
pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum
Improvement Study (SCIS). Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian
yang memberikan kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk
menata ulang pengetahuan mahasiswa, (Santoso, 2005:34). Menurut Ali (1993)
siklus belajar adalah proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur. Sementara Aksela (2005)
menyatakan dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan
3
begitu saja dari otak seorang dosen ke otak mahasiswanya. Setiap mahasiswa
harus dapat membangun pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri karena tugas
seorang dosen hanyalah memfasilitasi.
Pada awalnya model Learning Cycle terdiri atas tiga tahap: eksplorasi
(exproration), pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept aplication). Pada proses selanjutnya tiga tahap tersebut mengalami
pengembangan. Menurut Lorsbach (dalam Wena, 2011:171), tiga tahap siklus
dikembangkan menjadi lima tahap: (1) pembangkitan minat (engagement), (2)
eksplorasi (exploration), (3) penjelasan (explanation), (4) elaborasi (elaboration/
extention), dan (5) evaluasi (evaluation).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa learning cycle (siklus
belajar) adalah pembelajaran dengan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
tepat dan teratur dengan tahapan : pembangkitan minat (engagement), eksplorasi
(exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration/ extention), dan
evaluasi (evaluation), setiap mahasiswa harus dapat membangun pengetahuan itu
di dalam otaknya sendiri karena tugas seorang dosen hanyalah memfasilitasi.
2. Fase-fase Siklus Belajar (Learning Cycle)
a. Fase Pembangkitan Minat (Engagement)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian
mahasiswa, mendorong kemampuan berpikir, membantu mereka
mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Timbulnya rasa
ingin tahu mahasiswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa tentang
fakta/ fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase ini mahasiswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara
mandiri maupun kelompok tanpa instruksi secara langsung dari dosen.
Mahasiswa bekerja memanipulasi suatu objek, melakukan percobaan
(secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai
pada membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Dosen
4
sebagai fasilitator membantu mahasiswa agar bekerja pada ruang lingkup
permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya).
c. Fase Penjelasan (Explanation)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan,
dan mengembangkan konsep yang diperoleh mahasiswa. Dosen
menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri,
menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk
melengkapi penjelasannya, serta bisa memperkenalkan istilah-istilah baru
yang belum diketahui mahasiswa. Pada kegiatan yang berhubungan
dengan percobaan, dosen dapat memperdalam hubungan antar variabel
atau kesimpulan yang diperoleh mahasiswa. Sehingga, mahasiswa dapat
meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya.
d. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)
Kegiatan belajar ini mengarahkan mahasiswa menerapkan konsepkonsep
yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi
baru. Kegiatan fase ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga mahasiswa
dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan
pemahaman mahasiswa menjadi lebih mantap.
e. Fase Evaluasi (Evaluation)
Ada dua hal ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman
belajar yang telah diperoleh mahasiswa dan refleksi untuk melakukan
siklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada konsep berikutnya.
Evaluasi adalah tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap ini, dosen
dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman mahasiswa dalam
menerapkan konsep baru. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi diri
dengan mangajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang
menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh
sebelumnya. Hasil evalasi diri ini dapat dijadikan dosen sebagai bahan
evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang
diterapkan, apakah sudah berjalan dengan baik, cukup baik, atau masih
5
kurang. Melalui evaluasi diri, mahasiswa juga dapat mengetahui
kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah
dilakukan.
Secara ringkas tahap-tahap pada model Learning Cycle seperti
terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Model Learning Cycle
3. Manfaat Model Siklus Belajar
Adapun manfaat model siklus belajar adalah:
a. model siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan
pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri
dengan penguasaan konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep;
b. model siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran
yang menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi mahasiswa
kesinambungan terhadap konsep-konsep yang menjembatani statistika dan
teknologi;
c. model siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada mahasiswa
yang diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep;
1
Tahap
Pembangkitan
Minat
3
Tahap
Penjelasan
2
Tahap
Eksplorasi
5
Tahap
Evaluasi
4
Tahap
Elaborasi
6
d. model siklus belajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bekerja sama dengan teman-temannya;
e. model siklus belajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki dan
menguji serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka;
f. model siklus belajar memudahkan mahasiswa memahami konsep yang
diajarkan. Mereka memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk
mengembangkan konsep tersebut lebih lanjut.
Referensi:
Aksela, M. 2005. Disertation: Supporting Meaningful Chemistry Learning and
Higher-order Thinking through Computer-Assisted Inquiry: A Design
Research Aproach. Helsinky : Faculty of Science University of Helsinky.
Ali, Muhammad. 1993. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Santoso, Slamet. 2005. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaraj Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara
Categories:

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!